Konsultan Desain Arsitektur, Interior dan Lansekap

Konsultan Desain Arsitektur, Interior dan Lansekap

Kamis, 27 Mei 2010

Tips Merancang rumah Islami

(rumah Bapak Harry, Jakarta. Luas lahan: 120m2. Dua lantai. Luas bangunan: 175m2)


Suatu hari seorang klien dari Jakarta menghubungi kami lewat email. Beliau seorang karyawan swasta yang memiliki hajat ingin merenovasi rumahnya. Special offer dari beliau yang menurut kami unik adalah, beliau meminta dirancangkan sebuah rumah yang berkonsep Islami, disamping permintaan lainnya berupa rumah bergaya natural dan berkonsep rumah tumbuh, karena kebetulan dana yang dimiliki memang terbatas. Kebutuhan ruang yang dibutuhkan tidak jauh berbeda dengan rumah-rumah tinggal lainnya. Yaitu, 2 buah kamar tidur, 1 kamar tidur utama dilengkapi dengan kamar mandi utama, ruang tamu, ruang keluarga, dapur dan ruang makan, gudang, dua buah kamar mandi, dan taman. Melihat special offer seperti ini, kami menjadi begitu bersemangat. Karena jarang-jarang kami mendapat klien yang memiliki minat yang spesifik seperti ini. Terlebih lagi, dana yang dimiliki terbatas, sehingga kami semakin tertantang bagaimana mencipatakan desain rumah yang murah, namun tetap terlihat bagus dan menawan.

Konsep Rumah Islami: Hijab, Taman dalam, dan Mushola

Ide pertama yang muncul dari benak kami ketika kami berusaha untuk menerjemahkan konsep rumah Islami adalah, pemisahan antara ruang publik dan privat yang tegas. Di dalam Islam sendiri ada yang dinamakan konsep hijab dimana orang yang bukan muhrim dilarang untuk saling bersentuhan atau berkomunikasi secara “langsung”. Untuk itu, pembatas-pembatas ruangan dan pembagian ruangannya harus tegas antara ruang-ruang yang bersifat publik (seperti ruang tamu, teras) dan bersifat privat (seperti kamar tidur, ruang keluarga, ruang makan, kamar mandi) haruslah jelas dan tegas.


Ruang publik yakni teras dan ruang tamu. Tamu yang kurang akrab dan tidak memiliki kepentingan yang berarti sebaiknya diterima di teras saja. Untuk itu luasan bagi teras sebaiknya cukup besar.

Lalu, ide kedua yang terletup adalah penempatan kamar mandi. Mengapa demikian? Karena, kalau misalnya ada seorang atau beberapa orang tamu yang kurang akrab atau tidak berhubungan kerabat dekat datang ke rumah dan ingin buang air, apa yang akan terjadi? Kalau kebetulan kamar mandi yang kita miliki hanya satu buah dan letaknya jauh ke dalam bagian rumah dekat ruang makan atau bahkan area jemuran, apa yang akan terjadi? “Rahasia-rahasia” yang kita miliki misalnya pakaian dalam yang sedang dijemur, atau dapur yang sedang berantakan, akan terlihat oleh tamu yang tidak akrab itu tadi. Untuk itu, ide kedua ini terfokus pada penempatan kamar mandi yang diletakkan dekat dengan ruang tamu sehingga tamu yang datang akan dengan mudah mengaksesnya kalau-kalau suatu saat ingin buang air. Area kamar mandi tersebut sekaligus merupakan area foyer/ perantara yang menghubungkan antara ruang tamu yang bersifat publik dengan ruang makan yang bersifat privat dengan gorden kain sebagai penyekatnya.


Luasan foyer ini tidak terlalu besar, untuk itu diperlukan treatment yang menarik agar ruangan kecil itu tetap bersifat unik dan tidak terkesan sempit. Lantai pada area di-finish menggunakan kerikil-kerikil putih sehingga terkesan natural, dan terdapat juga wastafel mini yang menjadi penegas sekaligus pemanis bahwa ruangan di dekatnya adalah kamar mandi yang dapat digunakan oleh tamu.


Penerjemahan konsep rumah Islami selanjutnya adalah dengan menciptakan area terbuka yang cukup banyak di dalam rumah. Area terbuka ini berupa taman depan, taman dalam, dan taman belakang. Dengan begitu, cahaya dan udara alami akan dapat mengalir masuk dengan mudah ke dalam rumah. Konsep Islam juga sebenarnya adalah bagaimana menyatukan keharmonisan alam dengan lingkungan yang terbangun secara selaras. Hal ini juga dapat kita lihat pada karya arsitektur-arsitektur Islam abad pertengahan di Baghdad, Madinah, ataupun Andalusia, dimana taman dan air mancur adalah elemen penting yang tidak dapat dilepaskan dari ciri arsitektur Islam. Dengan cara ini juga sebenarnya kita sudah dapat melakukan hemat energi secara sederhana, karena tidak menyalakan lampu dan tidak menyalakan pendingin ruangan ketika siang hari. Taman dalam ini juga nantinya dapat digunakan sebagai ruang ekstensi yang dapat digunakan ketika ada hajatan berlangsung, seperti pengajian ataupun pesta kebun.

Faktor selanjutnya yang mempengaruhi sebuah konsep rumah islami adalah keberadaan sebuah mushola. Mushola terletak di pusat rumah dan berdekatan dengan area taman dalam. Ini mengandung filososfi bahwa mushola dan taman menjadi sentral dari keberlangsungan kehidupan penghuni rumah. Taman yang merupakan aliran sumber energi penting berupa cahaya dan udara, bertemu dengan mushola yang merupakan sumber ilmu dan pengembangan pendidikan keluarga. Di mushola, semua anggota keluarga dapat sholat berjamaah, berdiskusi seusai sholat, atau membaca buku dan Al-Quran secara berjamaah. Keberadaannya yang diletakkan dekat dengan area taman selain konsep filosofis tadi, adalah agar ketika sedang beribadah, penghuni akan merasakan kesejukan sehingga ibadah akan menjadi lebih terasa khusyuk.

Lalu bagaimana dengan kaligrafi dan semacamnya? Terserah saja. Kaligrafi, lukisan abstrak, adalah elemen dekorasi yang bebas yang bersifat pemanis. Kalau Anda merasa dengan dipasangnya kaligrafi di dalam rumah, suasana Islami dan Surgawi akan semakin terasa, mengapa tidak? Asalkan jangan memajang lukisan atau patung yang berbentuk makhluk hidup, karena masih menjadi pedebatan antar Ulama. Kalau ingin memajang patung, sebaiknya ambil jalur aman saja. Pajang saja patung yang berbentuk abstrak atau patung yang berbentuk tumbuhan, pohon, tanaman, dan semisalnya agar kita terhidnar dari syubhat.

Penerjemahan Konsep Rumah Tumbuh dan menciptakan kesan natural

Pada penerjemahan konsep rumah tumbuh yang diminta, kami merancang ruangan utama terlebih dahulu secara kompak dalam ukuran standar minimum dan sesuai kebutuhan ruang saja. Karena pembangunan nantinya akan dibagi menjadi dua tahap. Perancangan difokuskan pada area lantai1 dan sebagian lantai2. Lantai1 terdapat beberapa ruang utama seperti teras, ruang tamu, ruang keluarga, dapur dan ruang makan, taman, dan kamar tidur utama. Sedangkan lantai dua pada tahap pertama ini difokuskan pembangunannya pada kamar tidur anak, ruang cuci jemur dan kamar mandi. Area sisa yang sudah terbangun dan di-dak hanya difungsikan sebagai ruang bermain dan taman atap tempat merawat anggrek atau pot-pot tanaman. Pada tahap kedua nanti, area taman tersebut dapat dijadikan 3 buah kamar tidur tambahan dan ruang bermain dapat dijadikan ruang keluarga yang lebih privat sifatnya.


Untuk menghemat dana, material yang digunakan adalah bata yang diekspose. Namun agar tetap terlihat cantik dan tidak kusam, bata tersebut disusun tegak lurus seperti dinding anyaman bambu/ gedhek. sehingga kesannya cukup artistik dan tetap menarik. Selain itu, dengan kombinasi semen ekspose dan beberapa bagian dinding yang dicat dengan menggunakan cat warna ranye akan menciptakan kesan natural semakin kentara.


Aksen oranye tadi akan membuat sebuah penegasan dalam ruangan tersebut. Penggunaan material lainnya adalah kayu dolken yang digunakan pada fasad/ tampak depan rumah ini. Dengan begini, rumah akan semakin tampak natural, selain tentunya cukup murah dan suatu saat kalau-kalau sudah ada dana untuk membangun rumah tahap kedua, pembongkarannya tidak terlalu sulit. Kayu dolken juga digunakan di bagian interior sebagai sekat mushola dan dapur. Kesan natural dan artistiknya diharapkan akan semakin mencuat.


Demikian tips dari kami, kali ini tentang rumah Islami, rumah tumbuh, dan menciptakan kesan natural. Mudah-mudahan bermanfaat bagi Anda yang akan membangun rumah. Kalau Anda kesulitan, jangan sungkan-sungkan untuk menghubungi kami, atau arsitek kenalan Anda. Salam!

Selasa, 25 Mei 2010

Pentingnya merencanakan tempat usaha sebelum membuka usaha

Seorang teman dalam sebuah diskusi santai di rumah teman yang lain berkata, “Banyak lho yang kecewa dengan jasa arsitek dan kontraktor.” Lalu teman saya yang lain menimpali, “Iya, kalau kecewa emang banyak omongnya, tapi coba kalau puas, biasanya mereka nggak ngomong.” Dalam hati saya berkata, “Ah, sama saja. Kecewa atau tidak konsumen kita, mereka akan berbicara tentang arsitek atau kontraktor yang mereka sewa.” Begitulah perbincangan singkat di suatu sore menjelang maghrib di rumah seorang kenalan saya yang juga seorang kontraktor. Suatu hari, perbincangan ini menjadi semacam gumpalan dalam otak saya yang sedikit megganggu.

Saya dan teman-teman studio sedang mengerjakan renovasi interior dua buah tempat usaha. Yang pertama adalah restoran berkonsep warung tradisional. Dan yang kedua adalah warnet. Dimana kedua tempat usaha tersebut sedikit mengganggu pikiran saya, sehingga muncullah tulisan ini.

Tempat usaha pertama adalah sebuah warung makan yang memiliki konsep unik, cita rasa masakan yang pas, dan menu-menu yang banyak serta variatif. Adapun konsep warung makan tersebut adalah, para pengunjung tidak hanya disuguhkan makanan dan minuman yang enak, namun sekaligus mendapatkan berbagai macam informasi mengenai makanan-makanan halal dan bahan-bahan apa saja yang dapat membuat makanan halal menjadi haram. Unik, bukan? Bahkan warung makan ini sudah mendapatkan sertifikasi dari MUI untuk masalah bahan-bahan makanan atau minuman yang digunakan.

Maka, suatu siang, bertemulah saya dengan pemilik warung tersebut, dan beliau mengutarakan maksud dan tujuannya. Sesaat masuk ke restoran tersebut, naluri arsitektur saya langsung bekerja. Hmm… ada beberapa yang memang mengganjal di warung ini. Pertama, pintu masuknya yang kurang menyambut. Dalam arti, sebuah pintu masuk restoran sebaiknya menarik, mencolok, dan terlihat langsung dari jalan. Karena pintu masuk adalah imej pembuka yang ditawarkan kepada konsumen apakah tempat tersebut layak untuk didatangi atau tidak. Lalu kedua, saya pernah membaca sebuah buku mengenai Feng Shui, bahwa untuk merancang pintu depan sebuah tempat usaha haruslah rapi, indah, dan kalau bisa menggunakan warna-warna yang mencolok seperti merah terang, atau oranye terang agar rejeki dapat mengalir dengan baik. Memang sih, tidak usah dipercaya secara keyakinan, namun secara logis hal tersebut memang betul saya kira. Kesan pertama harus nendang, agar pengunjung semakin tertarik untuk memasuki dan berlama-lama di tempat usaha yang Anda tawarkan, dalam hal ini misalnya restoran.

Setelah itu, setelah masuk ke dalam, suasana yang terbangun memang sedikit suram. Banyak hal-hal dari elemen dekorasi yang kurang cocok secara komposisi. Seperti ada sebuah kipas angin kecil yang menurut saya aneh menggantung di tiang di dekat area makan. Ada pula papan tulis berwarna putih yang kurang pas penempatannya. Selain itu, belum lagi ada sebuah spanduk yang saya rasa kurang cocok kalau dikombinasikan dengan susunan balok-balok kayu kelapa yang menurut saya artistik di area kasir. Area taman luar juga belum tertata rapi. Pagar-pagar bambu yang melingkupinya terlihat kusam dan tidak tertata. Ternyata banyak juga yang harus diolah dari tempat ini.

Saya juga sempat mendatanginya di malam hari. Untuk merasakan suasananya ketika malam. Ketika malam, suasananya sebenarnya cukup nyaman dengan sentuhan warna kuning soft tone dari lampu yang didekor seadanya. Tapi sayang saja, tidak semua lampu berwarna kuning. Ada pula lampu yang berwarna putih sehingga kalau dikombinasikan menjadi tidak senada dengan lampu kuning soft tone tadi. Yang perlu diingat dari perancangan ruang sebuah restoran adalah sebaiknya gunakan saja lampu-lampu dengan warna kuning lembut agar suasana menjadi lebih romantis dan syahdu, sehingga orang akan berlama-lama duduk-duduk di sana.

Sebelum saya memberitahukan hal-hal yang negatif tadi kepada pemilik resto tersebut, beliau juga mengakuinya terlebih dahulu. Dan memang menurut beliau hal-hal tadi memang harus diolah agar suasana dapat menjadi daya tarik yang lebih bagi konsumen. Karena memang sebenarnya jumlah pengunjung warung tersebut tidak terlalu banyak, padahal kalau soal rasa dan menu masakannya tidak ada masalah. Masakannya lezat dan menu yang ditawarkan sangat beragam. Ada yang salah di sini. Apa yang terjadi? Padahal masakan sudah enak, menu beragam, konsepnya unik, apa yang salah? Berarti benar kata pak Arif Budiman pemilik Petakumpet Adv bahwa, “Good is not enough, it has to be sold.” Dan ternyata memang benar juga, bahwa warung tersebut kurang secara promosi. Tapi saya tidak terlalu berurusan dengan promosi, yang saya urusi adalah faktor ketiga dari 3P dalam memulai bisnis setelah people dan product, yaitu place.

Setelah dibuatkan desain yang baru, ada hal yang mengganjal lagi di benak saya. Ternyata biaya renovasinya cukup tinggi. Kalau sudah begini, saya cukup pusing, dan agak takut, jangan-jangan klien saya kabur gara-gara melihat nominal yang cukup besar, padahal dana yang dimiliki juga terbatas. Tapi mau bagaimana lagi, ongkos renovasi memang jauh lebih tinggi ketimbang kita merencanakan desain tersebut sejak awal. Inilah keasyikannya, ketika dihadapkan pada persoalan ingin performansi yang tinggi namun biaya yang dimiliki terbatas. Sehingga konsep “ono rego ono rupo” menjadi terbiaskan. Ya, saya berharap saja, semoga klien tersebut tidak kabur, karena sampai sekarang saya belum bertemu lagi dengan beliau.

Tempat usaha kedua adalah sebuah warnet yang sifatnya mirip dengan tempat usaha pertama tadi. Tempatnya kurang menarik dan pengunjung sedikit. Serta tidak ada konsep unik apa yang ditawarkan oleh warnet ini. Tempat pertama tadi lebih mendingan karena ia memiliki konsep yang unik dengan menjual label “halal” kepada segmentasi pasar tertentu. Ceritanya hampir sama dengan cerita yang pertama. Saya diminta untuk merancangkan interior warnet tersebut. Biaya yang akhirnya terhitung pun cukup tinggi. Tapi mau bagaimana lagi. Untuk mendapatkan sesuatu yang tinggi, kita juga harus siap melompat lebih tinggi, kan? Memang sih, segala alternatif dapat dilakukan seperti menggunakan bahan-bahan alternative yang lebih murah, namun apakah bahan alternative tersebut dapat bertahan lama? Mungkin tampilannya sama dengan bahan yang harganya mahal, namun untuk permasalahan durabilitas, siapa yang mau menjamin akan tahan lama? Kalau sudah begini, sebaiknya yang dilakukan adalah rasa mengerti. Saling mengerti antara klien dan arsitek, serta mencari solusinya secara bersama-sama. Karena dalam hal ini, sebenarnya pemilik tempat itu sendirilah perancangnya, sedangkan arsitek hanya semacam bidan yang membantu persalinan desain tersebut untuk lahir dan mewujud ke dunia visual.

Saya agak miris. Mungkin karena memang kurang publikasi, atau kurang banyak arsitek yang mau menulis demi mempromosikan arsitektur sehingga orang awam cenderung takut untuk menggunakan jasa arsitek. Padahal kalau bangunan atau tempat usaha itu dirancang sendiri tanpa arsitek, bisa saja harga yang akan dikeluarkan justru jauh lebih mahal ketimbang kalau direncanakan dengan bantuan arsitek.

Belum lagi kalau harus ada pekerjaan renovasi. Bongkar sana-bongkar sini yang cukup menyita waktu dan tenaga sehingga ongkosnya jauh lebih tinggi. Mengapa renovasi lebih tinggi? Tentu, karena sama saja seperti membetulkan lukisan yang rusak di sebuah kanvas yang sudah ternodai. Gampang mana, membuat sebuah lukisan di atas kanvas kosong, atau membetulkan lukisan yang rusak?

Maka dari itu, rencanakanlah sebaik mungkin tempat usaha Anda sebelum Anda memulai bisnis. Karena tempat usaha merupakan salah satu P dari 3P dalam sebuah bisnis, yaitu Place. Kalau salah satunya kurang baik, bisa jadi bisnis juga tidak akan berjalan secara sinergis. Jangan takut dengan total harga yang keluar, karena bisa jadi harga tersebut pas dengan keuntungan yang akan Anda dapatkan suatu hari nanti. Dan satu hal yang pasti, jangan takut untuk mendiskusikannya dengan arsitek kenalan Anda. Kami nggak gigit kok. He he.

Selamat merencanakan dan merancang tempat usaha Anda! Sukses selalu!

Mengapa anda membutuhkan Arsitek ?

Peran Arsitek dalam mendesain bangunan?

Arsitek ibaratnya adalah seorang pewujud mimpi dari sang pemimpi. Sang pemimpi di sini adalah klien yang mengharapkan sebuah tempat yang indah, unik, nyaman dan sesuai dengan yang didamba-dambakannya untuk mewadahi aktivitasnya. Bisa rumah, villa, kantor, resto, cafe, maupun mall sekali pun. Karena tugas arsitek memang sangat l
uas. Hampir semua bangunan yang ada di dunia ini didesain oleh arsitek. Namun yang akan saya jadikan contoh pada kesempatan ini adalah rumah.Rumah adalah skala bangunan paling kecil dan paling pribadi untuk manusia. Oleh karena itu, sebuah rumah harus sesuai dengan karakter aktivitas manusia penghuni rumah tersebut dan dapat memberikan rasa aman serta nyaman dalam melakukan segala aktivitas dalam rumah itu, dan bahkan untuk aktivitas paling pribadi. Seperti yang kita tahu, karakter manusia pasti kan berbeda-beda antara satu dengan yang lain. Jadi setiap rumah seharusnya berbeda-beda, tidak ada yang menyamai (unik). Dan tugas arsitek adalah menterjemahkan karakter-karakter manusia yang unik tersebut menjadi sebuah rumah yang unik juga.

Karakter aktivitas di rumah di sini bukan hanya mengenai tidur, makan, nonton TV, mencuci, dll. Namun mengenai hal yang lebih detil. Misalnya ada sebuah keluarga yang terdiri dari ayah, ibu dan dua anak yg masing-masing 2 th dan 6 th. Mereka memilik sebuah lahan yang sangat kecil di tengah kota, namun mereka ingin merasakan kelegaan ketika berada di rumah. Maka dibuatlah furnitur yang fleksibel (sewaktu-waktu bisa dihilangkan atau dimunculkan, seperti gambar di bawah). Dan karakter denah yang tanpa sekat (open plan), seperti gambar ruang keluarga di bawahnya lagi.



Selain itu, keluarga ini baru memiliki anak-anak yang masih kecil. Sehingga perlu perhatian yang lebih dari orang tua. Oleh karena itu, kamar-kamar diletakkan di satu area, dan dapat saling menyatu dengan sekat geser dan pintu. Sehingga orang tua dapat mengontrol anak setiap waktu ketika dibutuhkan.

Calon penghuni rumah ini juga sering mengadakan arisan dan pengajian untuk mempererat hubungan dengan masyarakat sekitar. Sehingga rumahnya memerlukan ruang pertemuan. Padahal lahan yang dimiliki sangat mini. Sang arsitek pun tidak kehilangan akal, teras pun dapat diperluas sampai ke ruang keluarga, dengan adanya rak buku sekaligus dinding yang bisa diputar.
Itulah sedikit kisah tentang bagaimana arsitek menterjemahkan suatu keadaan dari penghuni rumah menjadi desain rumah. Lalu perlukah anda mendesain rumah dengan jasa arsitek? Mendesain sebuah rumah bukan hanya membuat rumah tersebut terlihat indah. Namun bagaimana menjadikan rumah tersebut layak huni (sehat, aman, dan nyaman) serta sesuai dengan keunikan aktivitas dan rutinitas dari penghuni rumah. Untuk mencapai hal tersebut, dibutuhkan kemampuan dalam memadukan berbagai aspek-aspek yang menjadi pertimbangan menjadi sebuah perpaduan yang harmonis.

Aspek-aspek yang jumlahnya cukup banyak tadi ibaratnya adalah puzle yang masih sangat berantakan. Untuk dapat menyusun puzle tersebut dengan tepat, diperlukan pengetahuan tentang perkiraan gambar apa yang akan muncul setelah puzle tersebut tersusun. Jika tidak mempunyai gambaran tentang perkiraan gambar tersebut, pasti sulit untuk menemukan perpaduan yang tepat. Begitu juga dengan desain rumah, bila tidak memiliki pengetahuan tentang perkiraan desain yang akan muncul setelah memadukan beberapa aspek yang menjadi pertimbangan, akan sulit menemukan perpaduan yang tepat.
Misalnya saja Jonny dan Jenny memiliki sebuah lahan untuk rumah impiannya. Mereka memiliki banyak sekali keinginan untuk rumah mereka. Namun lahan yang mereka miliki sangat kecil. Untuk memasukkan semua keinginan dan kebutuhan Jonny dan Jenny diperlukan cara yang tidak biasa. Dan tidak semua orang visa mewujudkan keinginan pasangan tersebut. Pada saat itulah mereka perlu mencari arsitek untuk mewujudkan rumah impian mereka. Karena arsitek dibekali kemampuan untuk mewujudkannya. "Itulah alasan mengapa anda membutuhkan Arsitek dalam mendesain bangunan impian anda..."