Konsultan Desain Arsitektur, Interior dan Lansekap

Konsultan Desain Arsitektur, Interior dan Lansekap

Selasa, 22 Juni 2010

Rumah Taman Tipe 36: Menyiasati budget yang terbatas

[Experimental Desain]
Spesifikasi: Luas rumah 36 m2, luas lahan 60 m2, budget 2 juta per m2

Tentang rumah kecil, murah, namun tetap nyaman
Desain ini adalah karya eksperimen kami tentang rumah kecil yang berdiri di atas lahan yang kecil. Mengapa kami membuat eksperimen tentang rumah kecil? Karena menurut kami, banyak sekali masyarakat yang memiliki dana yang tidak terlalu besar, namun mengidamkan sebuah rumah yang nyaman. Arti lainnya, menurut kami, kebutuhan akan merumah bagi masyarakata Indonesia, khususnya warga kelas menengah sampai menengah ke bawah, sangatlah besar. Untuk itu, kami berusaha memberikan usulan-usulan yang sekiranya dapat bermanfaat bagi pengetahuan masyarakat tentang membangun sebuah rumah.

Sebagian besar masyarakat berpikir bahwa mendesain sebuah rumah yang dibantu oleh seorang arsitek akan jauh lebih mahal ketimbang langsung membeli saja rumah yang sudah jadi di developer atau dengan agen property kenalan mereka. Aha, tidak juga seperti itu. Sebenarnya harga yang dikeluarkan pun akan sama nantinya. Bahkan, bisa jadi dengan menggunakan jasa arsitek, hasil yang akan didapatkan akan lebih optimal, karena desain yang dibuat berdasarkan keinginan dan kebutuhan dari si penghuni rumah. Selain itu, aspek kemubaziran juga tentu saja akan diperhitungkan. Desain yang baik adalah desain yang pas bagi penghuni, bukan desain yang mubazir,d alam artian ada beberapa ruang yang berlebihan baik secara fungsi maupun luasannya. Ingat! Kata optimal, tidak ada hubungannya dengan mahal atau murah rumah tersebut. Optimal berarti aspek-aspek yang dibutuhkan oleh penghuni baik dari segi fungsi, kenyamanan termal ataupun visual dapat ter-cover dengan baik. Sehingga yang diharapkan adalah tingkat kepuasan konsumen yang tinggi.

Sedangkan, kalau kita berbicara harga rumah, atau biaya yang harus dikeluarkan dalam sebuah pekerjaan konstruksi rumah adalah bergantung pada beberapa aspek berikut.

Antara lain:

Luasan rumah. Anggap saja, biaya pembangunan sebuah rumah dengan material yang baik dan standar yang tinggi adalah Rp. 2,500,000 per m2, itu berarti semakin luas rumah yang dibangun, maka semakin besar pula biaya yang akan dikeluarkan. Kalau Anda memiliki dana yang terbatas, mulailah dengan start up luas rumah yang tidak terlalu besar. Apalagi kalau Anda adalah keluarga kecil, luas rumah yang ideal bagi Anda keluarga kecil dengan anak 2 orang adalah rumah dengan luas 36 m2, 54 m2, atau 72 m2. Dengan begitu, biaya yang akan dikeluarkan tidak terlalu besar.

Rumah tumbuh. Artinya, rumah tersebut dapat dikembangkan dalam beberapa tahapan. Akan lebih baik, kalau Anda memang kebetulan memiliki lahan yang cukup luas. Jadi, pertama bangunlah rumah dengan luasan secukupnya saja sesuai dengan budget yang Anda miliki. Lalu, ketika Anda telah memiliki dana yang lebih, barulah Anda dapat mengembangkan rumah tersebut. Tapi yang perlu diingat adalah sebaiknya rumah dirancang sampai tahap akhir, sehingga step-stepnya jelas, tahap mana yang akan Anda mulai duluan, kapan Anda akan memulainya, dan berapa biaya yang harus diperlukan untuk memulai tahap pertama. Jangan sampai salah langkah, dalam hal ini, jangan sungkan-sungkan untuk menghubungi arsitek kenalan Anda untuk mendapatkan sebuah desain dan perencanaan yang matang tentang sebuah rumah idaman Anda.

Ruang yang efektif dan efisien. Tak dipungkiri, kita orang Indonesia memerlukan ukuran luas ruang yang cukup besar. Maklum, banyak aktivitas keluarga yang memang melibatkan banyak orang seperti arisan, pengajian, selamatan, dan masih banyak lagi. Namun, perlu juga disadari bahwa kita terkadang melakukan beberapa aktivitas di dalam satu ruangan. Misalnya, aktivitas makan terjadi di ruang tamu, aktivitas tidur siang terjadi di ruang keluarga, atau mungkin aktivitas rekreasi malah terkadang berlangsung di ruang tamu atau teras depan. Hal ini memungkinkan untuk terjadinya penghematan jumlah ruangan. Misalnya ruang keluarga digabungkan saja dengan ruang tamu. Atau dapur digabungkan saja dengan ruang makan, atau malah taman depan digabungkan saja dengan teras yang juga berfungsi untuk menyambut tamu. Hal ini akan berpengaruh nantinya pada luasan total rumah yang berpengaruh juga pada ongkos konstruksi pula. Asalkan, ruangan tersebut ukurannya cukup manusiawi untuk menampung beberapa anggota keluarga dalam sebuah acara. Misalnya ruan tamu yang digabung dengan ruang keluarga, ukuran yang cukup efisien adalah 3.5x4 m.

Penggunaan material. Material, khususnya yang digunakan dalam pekerjaan finishing sangat berpengaruh dalam menentukan apakah rumah tersebut dikategorikan murah atau tidak. Misalnya, rumah dengan kusen pintu jendela kayu tentu jelas lebih mahal kalau dibandingkan dengan kusen alumunium. Atap dengan menggunakan bahan fiber semen, tentu akan lebih murah ketimbang genteng keramik. Atau Penggunaan dinding ekspose, tentu harganya berbeda dengan dinding yang difinish menggunakan acian semen. Cermat-cermatlah dalam penggunaan material. Bagian-bagian mana saja yang harus difinish secara optimal, dan bagian mana saja yang harus difinish seadanya saja. Namun istilah “seadanya saja” juga belum tentu jauh dari kesan indah. Bisa jadi yang seadanya itu (seperti penggunaan kusen alumunium, kaca nako, dinding bata ekspose) juga menarik secara visual kalau komposisinya pas.

Rumah mungil, murah, nan asri

Pada desain ini, aspek yang ingin ditonjolkan adalah aspek optimal itu tadi. Targetnya adalah bagaimana caranya kita dapat merancang rumah di lahan yang terbatas dengan dana yang terbatas pula, namun dapat mendapatkan hasil yang memuaskan.

Desain ini sebenarnya cukup sederhana. Dibangun di atas lahan sempit dengan luas 60 m2, desain ini mencoba untuk menyelesaikan problem sempit dan “tipe standar” nya rumah-rumah perumahan yang cukup monoton. Dalam hal ruang, memang pembagian ruangannya tidak jauh berbeda dengan pembagian ruang pada rumah bertipe 36 yang lainnya, yaitu dua kamar tidur, satu ruang tamu yang digabungkan dengan ruang keluarga, satu dapur, ruang cuci jemur, dua buah taman (depan dan belakang) dan satu kamar mandi. Akan tetapi, rumah tipe 36 kebanyakan menempatkan taman di belakang rumah. Eksperimen desain yang kami lakukan ini mencoba memutar balikkan aspek kestandaran tersebut. Taman dimasukkan ke dalam rumah. Hal ini berfungsi untuk menciptakan kesan lapang di dalam rumah yang sempit. Dengan begitu, cahaya dapat masuk dengan mudah dan udara dapat mengalir dengan lancar. Untuk mencegah air hujan masuk secara langsung, di area taman tetap diberi atap fiber. Dengan begitu cahaya matahari dapat masuk, tapi air hujan akan tertahan. Di bagian atap fiber tersebut dirambati tanaman agar kesan sejuk dan asri akan semakin terlihat.

Bagian dalamnya, tidak terdapat plafond yang menggantung. Plafond-nya berbentuk miring, sesuai dengan kemiringan atap. Hal ini akan menambah kesan lapang dalam rumah. Kisi-kisi kayu yang terdapat di bagian atap juga dimaksudkan agar udara dapat masuk dengan lancar. Dengan begini, problem rumah sempit dan panas akan terminimalisir dan akan memberikan kenyamanan tersendiri pada penghuni.

Menghidupkan kembali bentuk arsitektur lokal Indonesia
Kita memiliki banyak sekali keberagaman bentuk dan arsitektur tradisional maupun lokal yang dapat kita gali. Namun, mengapa akhir-akhir ini seakan publik hanya diperlihatkan cirri rumah yang bertema modern minimalis saja? Seakan, kalau rumahnya tidak bercirikan modern minimalis, rumah tersebut tidak afdhol untuk ditinggali.

Desain ini berusaha menampilkan nilai-nilai lokal yang dibahasakan secara modern. Dengan penggunaan teras, tritisan, rumah yang menyambut tanpa pagar, dan tekstur-tekstur lokal seperti dinding bata ekspose, kisi-kisi kayu, dan penciptaan fasad/ tampak depan dengan menggunakan tanaman. Komposisi jujur tersebut dikemas dan dikolabirasikan dengan dinding semen ekspose. Sehingga yang diharapkan nantinya adalah perpaduan antara tekstur lokal dan modern dalam sebuah rumah. Walaupun rumah ini kecil, tidak ada salahnya kita untuk mendekorasinya sehingga terlihat menawan.

Kamis, 03 Juni 2010

Tips Merenovasi Rumah Makan


(Tipe proyek: renovasi rumah makan. Budgeting: 17 jutaan)

Proyek yang menjadi contoh tips kali ini adalah proyek rumah makan berkonsep tradisional. Warung ini memiliki beragam jenis menu yang lezat dari menu tradisional sampai Chinese Food. Letaknya yang di daerah utara Jogjakarta membuat warung ini cukup strategis untuk diakses. Akan tetapi, entah mengapa si empunya warung mengeluhkan bahwa hasil penjualannya tidak terlalu signifikan, padahal dari segi rasa, masakan yang dijual di warung ini lezat. Dan dari segi lokasi, warung ini cukup strategis karena di sekitar warung tersebut banyak restoran serupa. Untuk itulah, menurut owner restoran tersebut mungkin perlu dilakukan perombakan secara menyeluruh dari segi manajemen, marketing, dan juga menyangkut pada perombakan interior maupun eksterior agar suasana yang terbangun menjadi daya tarik konsumen. Dari sini, kami berpikir dan mengambil mengambil kesimpulan bahwa: Menu lezat tidak menjamin bahwa restoran atau rumah makan itu menjadi sukses dan menarik konsumen dalam jumlah banyak. Tetapi, semua hal yang disebutkan tadi saling berkait satu dengan yang lainnya.


Problem yang akan diselesaikan


Branding itu penting

Persoalan kebanyakan warung makan, restoran, toko, dan tempat-tempat komersial lainnya adalah bagaimana mentransformasikan brand perusahaan ke dalam bentuk nyata tempat usaha tersebut. Kalau mau mengacu contoh yang cukup baik adalah restoran-restoran cepat saji yang biasa kita lihat sehari-hari di semua kota besar. Brand tersebut dapat berupa warna khas ataupun logo.


Pada kasus warung yang kami renov ini, branding yang terlihat pada aspek fisik bangunan baik eksterior maupun interior masih belum cukup jelas. Padahal, persoalan branding adalah persoalan utama sebuah tempat usaha. Mengapa demikian? Karena branding itu adalah hal pertama kali yang akan dilihat oleh kebanyakan orang yang datang ke sebuah tempat usaha tersebut. Oleh karena itu, kami berusaha menampilkan branding dalam kemasan yang menurut kami cantik untuk diperlihatkan. Dalam hal ini logo ataupun brand khas warung ini adalah warna khas yaitu hijau.


eksisting warung sebelum direnov. Konsep branding kurang terlihat

Warna hijau ditampilkan pertama kali pada bagian eksterior yaitu pada tampak depan. Warna hijau itu menjadi sebuah aksen yang menegaskan dan meyakinkan orang-orang bahwa warna khas dari warung ini adalah hijau. Agar tidak terasa monoton, kemudian dikombinasikan dengan permainan material batu alam dan elemen bambu. Dengan demikian warna hijau tersebut akan semakin kelihatan dan satu sama lain elemennya akan saling menegaskan.
dominasi hijau menjadi ciri khas warung ini

Pada bagian interior, elemen khas warna hijau ditampilkan di area dinding bagian belakang sebagai penegas. Hal ini dikarenakan ruang dalamnya bersifat mengalir, bebas, plong, dan tidak didominasi pembatas dinding. Hanya ada beberapa dinding saja, yaitu di bagian belakang/servis. Sehingga ruang dalam dan ruang luarnya yaitu taman menjadi terintegrasi. Untuk itulah, mengapa bagian dinding massive-nya diberi aksen hijau, agar ada komposisi yang menarik. Sebuah aksen disuatu area yang dominan.
Elemen hijau juga diterapkan pada area lesehan agar terasa harmonis dengan warna brand yang diusung, karena warna yang digunakan pada area lesehan awalnya adalah merah dan krem. Area lesehan ini partisinya juga dibuat agak tinggi dengan menggunakan kisi-kisi kayu agar suasana privasinya menjadi semakin intim.


kondisi interior lama. kurang cerah dan belum ada warna brand dari warung ini

ilustrasi setelah direnov

area lesehan

Elemen penyambut

Elemen penyambut di sini mengacu pada pintu depan/entrance. Pintu depan, sebagai area penyambut sebaiknya dirancang sebaik mungkin. Mengapa? Karena pintu depan yang baik dan menarik akan membuat orang penasaran untuk memasuki tempat tersebut.
Area entrance pada rumah makan ini dapat dibilang kurang bisa membuat orang menjadi bergairah untuk memasukinya. Kesannya terlalu datar, tidak ada suatu elemen penegas bahwa area tersebut adalah suatu area masuk yang menarik.

elemen pintu depan/ muka terlalu datar

Sebenarnya poster-poster yang terpampang dan kerai bambu yang ada di depan pintu masuk dapat dikatakan sebagai sebuah elemen penyambut, namun tetap saja, masih terasa kurang gregetnya.
Untuk itu, treatment yang dilakukan adalah dengan menambahkan komponen penyambut berupa kanopi bambu yang berfungsi sebagai penyambut. Kanopi ini juga berfungsi seperti perayu orang yang berada di jalan raya untuk memasuki restoran ini. Poster-poster juga diletakkan di depan sedmikian rupa dengan menggunakan tripod sehingga kesannya, rumah makan ini akan terlihat seperti sedang menyelenggarakan festival setiap harinya.

dengan adanya kanopi depan, akan membuat rumah makan ini terlihat semakin seperti merayu pengunjung untk datang

Untuk mempermanis, bambu-bambu yang terdapat di bagian atap, diganti dengan papan asbes dan dicat hitam. Kombinasi hitam, dinding anyaman bambu/gedhek, dan warna hijau akan memberikan komposisi yang menarik. Papan nama ditambahkan di bagian atas bangunan untuk mempertegas kepada pengunjung sekaligus menempatkan logo agar orang luar yang melihat warung tersebut dari jalan akan semakin tertarik.


Penataan keruangan


Ada yang mengganjal dari keruangan warung makan ini. Yaitu keberadaan papan tulis putih yang terletak di tengah ruangan. Papan ini sebenarnya digunakan sebagai tempat pengumuman dan semacamnya. Namun, papan tulis yang digantung di tengah ruangan seperti itu itu terasa kurang pas secara komposisi maupun penempatan. Papan tulis ini sebaiknya diberi tempat khusus, katakanlah di area pintu masuk. Namun, sebaiknya papan tulis yang digunakan adalah yang berwarna hitam dan ditulis dengan menggunakan kapur yang berwarna-warni agar terlihat menarik dari depan.
Pola masuk pengunjung juga sebaiknya kita beri alur.



Pola masuk pengunjung di warung ini bisa dibilang kurang bisa mengeksplor ruang. Artinya, pengunjung masuk begitu saja, lurus ke dalam ruangan, dan kerugian lainnya adalah pengunjung masuk langsung berhadapan dengan area servis secara garis lurus. Kalau orang yang berkeyakinan dengan Feng Shui, ini akan mengganggu sekali. Karena energi akan masuk dan keluar secara frontal. Untuk itu, ditambahkan partisi dari bahan bamboo yang dikomopisiskan dengan kaca. Dengan begini, pola masuk pengunjung dapat dibelokkan sehinggatidak frontal dengan area luar, juga ruang dalam dapat dieksplor oleh pengunjung ketika mereka mulai memasuki rumah makan ini.

Area taman sebagai area pendukung


Keberadaan taman begitu penting. Sekarang, rumah makan dengan konsep outdoor atau semi-outdoor sudah begitu banyak. Kalau tidak jeli melihat potensi ini, bisa jadi kita kalah bersaing dengan resto-resto lainnya yang menyajikan alam lingkungan yang hijau sebagai pemanisnya.
Rumah makan ini memiliki taman yang cukup besar, walaupun tidak terlalu besar. Ada kolam kecil sebagai pemanis dari taman dan area transisi antara ruang dalam dengan ruang luar. Namun sayang, penataan taman kurang begitu diperhatikan. Padahal taman ini cukup memeiliki potensi besar untuk menarik pengunjung. Apalagi kalau malam hari. Dengan pencahayaan yang syahdu, kursi dan meja taman yang berpayung yang cantik akan memberikan kesan ruang outdoor yang cukup elegan.


Elemen-lemen signage dalam ruangan

Jangan lupakan elemen-elemen signage dalam ruangan. Misalnya papan penunjuk wastafel, Toilet, dan mushola. Biasanya penunjuk-penunjuk ke lokasi ini begitu penting bagi pengunjung. Rancanglah yang bagus dan menarik. Bisa dengan menggunakan papan kayu yang ditempelkan di dinding, lalu diberi tripleks yang akan ditempelkan tulisan-tulisan penunjuk tadi. Atau dapat membuat dengan bahan yang sederhana. Misalnya kertas yang diprint lalu diberi pigura dan digantungkan di dinding. Itu akan lebih baik daripada tidak sama sekali. Usahakan pengunjung mencari tempat tersebut sendiri, jangan sampai mereka bertanya dengan karyawan atau pelayan/waiter Anda untuk mencari dimana wastafel atau toilet.


Lighting yang membuat kesan nyaman dan syahdu pada malam hari
Pada malam hari, gunakan tone warna yang sama. Maksudnya, jangan gunakan lampu dengan dua warna yang berbeda. Misalnya kuning dengan putih, atau kuning dengan merah. Suasana yang terbangun akan menjadi kurang nyaman dan terkesan tanggung. Pada kasus warung makan atau restoran yang menjual suasana, lampu kuning soft tone menjadi pilihan utama. Mengapa? Karena warna tersebut membuat orang rileks dan betah berlama-lama ngobrol bersama teman, pasangan, ataupun keluarga. Lampu-lampu dinding yang ditempelkan di kolom-kolom akan menjadi hal yang unik yang dapat dilihat. Lampu downlight juga bisa digunakan, asalkan penempatannya pas, yaitu di bawah meja. Hal ini dimaksudkan agar kesan romantis dan syahdu akan semakin kentara.